Fakta dan Mitos Autisme: Mengupas Realitas yang Sering Terabaikan

By Dikri Nalendra - Author and blogging
6 Min Read

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, serta cara berpikir dan berperilaku. Gangguan ini umumnya terdeteksi pada masa kanak-kanak, namun dapat pula ditemukan pada orang dewasa. Meskipun demikian, autisme seringkali disalahpahami, baik oleh masyarakat umum maupun oleh individu yang tidak teredukasi tentang kondisi ini. Hari Peduli Autisme Sedunia yang diperingati setiap 2 April, mengingatkan kita akan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang autisme.

Fakta tentang Autisme

Autisme bukanlah gangguan yang memiliki penyebab tunggal. Sejauh ini, para peneliti belum dapat menentukan penyebab pasti autisme, namun beberapa faktor genetik dan gangguan pada perkembangan otak telah ditemukan dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gangguan ini. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko meliputi jenis kelamin (laki-laki lebih rentan dibanding perempuan), riwayat autisme dalam keluarga, dan kelahiran prematur.

Gejala autisme pun sangat beragam, tergantung pada tingkat keparahan dan variasi masing-masing individu. Pada umumnya, penderita autisme mengalami gangguan dalam beberapa aspek berikut:

  1. Gangguan Komunikasi: Penderita autisme cenderung lebih suka menyendiri dan menghindari interaksi sosial. Mereka juga sering mengulang kata-kata yang sama (echolalia) dan kesulitan dalam memahami percakapan.
  2. Gangguan Perilaku: Penderita mungkin melakukan gerakan yang berulang, seperti berputar-putar atau menyentuh benda dengan cara tertentu.
  3. Gangguan Kognitif: Autisme dapat menghambat proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungan.
  4. Gangguan Emosional dan Mood: Penderita dapat memiliki reaksi emosional yang ekstrem, dan sering kali mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang dapat dipahami orang lain.

Mitos-mitos Tentang Autisme

Meskipun fakta-fakta mengenai autisme semakin diketahui, masih ada beberapa mitos yang beredar di masyarakat yang patut diluruskan. Beberapa mitos ini sering kali menambah ketidakpahaman terhadap kondisi ini, dan bahkan menyebabkan stigma terhadap penyandang autisme. Berikut adalah beberapa mitos yang umum ditemukan:

- Advertisement -
  1. Imunisasi Menyebabkan Autisme
    Mitos ini telah banyak diperdebatkan, dan pada tahun 2011, Institute of Medicine menegaskan bahwa tidak ada hubungan antara imunisasi dengan perkembangan autisme. Isu ini pertama kali muncul akibat laporan yang tidak akurat pada tahun 1998, yang kemudian dibantah oleh banyak penelitian ilmiah.
  2. Autisme Tidak Bisa Disembuhkan
    Memang, sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan autisme, namun bukan berarti kondisi ini tidak dapat dikelola. Terapi yang tepat dan dukungan sejak dini dapat membantu penderita autisme mengurangi gejala-gejala yang mengganggu dan membantu mereka beradaptasi lebih baik dengan lingkungan sekitar.
  3. Penyandang Autisme Tidak Memiliki Emosi dan Tidak Bisa Merasakan Kasih Sayang
    Ini adalah salah satu mitos yang sangat berbahaya. Penyandang autisme tetap memiliki kemampuan untuk merasakan emosi dan kasih sayang, hanya saja mereka mungkin kesulitan untuk mengekspresikan atau memahami perasaan tersebut dengan cara yang sesuai dengan norma sosial. Dengan dukungan yang tepat, mereka dapat menunjukkan perasaan mereka dengan cara yang khas.
  4. Penyandang Autisme Pasti Genius
    Memang, ada beberapa individu yang sangat jenius dan kebetulan mengidap autisme, namun ini tidak berlaku untuk semua penderita autisme. Kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, dan tidak semua penyandang autisme memiliki kecerdasan luar biasa. Contoh terkenal seperti Albert Einstein, yang diketahui mengidap autisme, menjadi simbol bagi mitos ini. Namun, ini bukan gambaran yang mewakili semua penyandang autisme.

Memahami Autisme Melalui Contoh Orang Terkenal

Beberapa tokoh terkenal yang diketahui mengidap autisme dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kondisi ini. Sebagai contoh, Albert Einstein, yang mungkin tidak dapat berbicara hingga usia tiga tahun dan dikenal tidak bersosialisasi dengan baik, adalah salah satu ilmuwan terhebat dalam sejarah. Demikian pula, komposer musik legendaris Ludwig van Beethoven, yang diketahui sering melakukan gerakan berulang dan memiliki ekspresi yang berbeda dari orang lain, adalah contoh lain dari individu dengan autisme yang berhasil mencapai prestasi luar biasa.

Dukungan untuk Penyandang Autisme

Bergumul dengan autisme bukan berarti seseorang tidak bisa memiliki hidup yang penuh makna. Dengan dukungan yang tepat, baik dalam bentuk emosional maupun sosial, penyandang autisme dapat berkembang dengan baik. Dukungan ini meliputi pemahaman dan penghargaan dari lingkungan sekitar, serta terapi yang dapat membantu mereka menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan sosial.

Penting untuk diingat bahwa penyandang autisme adalah manusia biasa, yang memiliki perasaan dan keinginan seperti orang lain. Mereka sudah berjuang keras setiap harinya untuk mengelola perasaan dan cara berinteraksi mereka dengan dunia sekitar. Oleh karena itu, jangan menambah beban mereka dengan ejekan atau hinaan. Sejatinya, mereka pun merasa sakit hati ketika diperlakukan dengan tidak hormat. Memahami kondisi mereka dengan empati dan memberikan apresiasi atas usaha mereka dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

Kesimpulan

Autisme adalah sebuah gangguan perkembangan yang memerlukan pemahaman dan perhatian lebih dari masyarakat. Penyandang autisme berhak mendapatkan dukungan untuk menjalani kehidupan yang penuh arti. Menghapus mitos-mitos yang salah mengenai autisme dan menggantinya dengan informasi yang benar adalah langkah pertama dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Pada akhirnya, setiap individu berhak dihargai dan diperlakukan dengan kasih sayang, tanpa memandang perbedaan apapun. Kita semua memiliki peran untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, terutama untuk mereka yang hidup dengan autisme.

Kumpulan Topik

Bagikan Artikel Ini
Author and blogging
Follow:
Hello, I'm Dikri Nalendra, the writer behind Psikologiku. This blog is my personal space to learn and share. Every piece you read here is born from a hobby and a sincere desire to understand myself and others more deeply. Thank you for stopping by and learning together with me.
1 Review