Secara umum, manusia memiliki lima indra dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Namun, ada juga sebagian orang yang memiliki kemampuan tambahan yang biasa kita kenal sebagai indra keenam.
Kemampuan ini mencakup membaca pikiran orang lain, mengetahui peristiwa atau hal yang tidak diketahui orang lain, merasakan adanya sesuatu yang tidak beres, atau bahkan melihat kejadian di masa depan.
Table of Contents
Menurut KBBI, indra ke-enam diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan sesuatu melalui naluri atau intuisi. Dalam bidang psikologi, indra ke enam dikenal juga sebagai extrasensory perception (ESP) atau indra tambahan, yang merujuk pada kemampuan menerima informasi yang tidak diperoleh melalui lima indra fisik, melainkan melalui pikiran.
Selama ini, indra keenam sering diasosiasikan dengan hal-hal mistis, seperti kondisi indigo pada anak-anak. Namun, sebenarnya indra keenam dapat dijelaskan dengan pendekatan logis dan didukung oleh bukti ilmiah.
Memahami Indra Keenam secara Logis
Terdapat beberapa cara untuk mendeskripsikan indra keenam pada manusia secara logis dan ilmiah, yaitu:
1. Kemampuan otak
Hingga kini, banyak peneliti yang tertarik untuk mengungkap fakta-fakta mengenai indra ke-enam. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa indra ke-enam terkait dengan kemampuan otak.
Salah satu bagian otak yang disebut anterior cingulate cortex (ACC) diduga memiliki kemampuan untuk memantau atau merasakan perubahan kecil di sekitar, bahkan ketika Anda tidak menyadarinya. Perubahan ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk menyesuaikan perilaku.
ACC, yang terletak di bagian depan otak, diduga memiliki kemampuan untuk mendeteksi bahaya. Sebagai hasilnya, ACC dapat memberikan peringatan dini yang membantu individu menghindari situasi yang tidak menyenangkan.
Selain itu, aktivitas ACC juga meningkat ketika seseorang melakukan kesalahan atau mengambil keputusan. ACC seolah berfungsi sebagai sistem peringatan dini agar Anda lebih berhati-hati dan menghindari langkah yang salah.
2. Faktor genetik
Sebagian orang memang dilahirkan dengan indra keenam, yang diduga disebabkan oleh mutasi gen yang memperkuat fungsi di salah satu bagian otak.
Fenomena indra keenam ini juga sering dikaitkan dengan sindrom savant. Sindrom ini muncul ketika seseorang dengan kecerdasan di bawah rata-rata atau yang memiliki ketidakmampuan fisik atau mental memiliki bakat atau kemampuan luar biasa di bidang tertentu.
Meskipun sindrom savant sering dihubungkan dengan autisme dan kerusakan otak, tidak semua individu yang mengalami sindrom ini mengalami gangguan pada otak.
3. Kepekaan pikiran
Seorang peneliti menyatakan bahwa manusia dapat menyadari dan memanfaatkan informasi visual tanpa perlu melihatnya secara langsung. Manusia memiliki sensitivitas pikiran dan kemampuan untuk mendeteksi perbedaan, yang memungkinkan mereka merasakan perubahan dalam suatu peristiwa.
Jika Anda mampu merasakan bahwa suatu peristiwa akan terjadi, ini disebabkan oleh kepekaan pikiran manusia. Meskipun demikian, pandangan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dibuktikan.
4. Kemampuan mengingat atau memori
Jika Anda bermimpi tentang teman yang mengalami kecelakaan dan beberapa hari kemudian peristiwa itu benar-benar terjadi, itu bukan berarti Anda dapat melihat masa depan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh pikiran Anda yang sering memikirkan teman tersebut, berkomunikasi, dan berbincang dengannya. Meskipun orang yang muncul dalam mimpi Anda bisa siapa saja, orang yang dekat dengan pikiran Anda cenderung muncul dalam mimpi.
Banyak ilmuwan berupaya mengungkap misteri di balik indra keenam agar dapat dipahami secara rasional dan logis. Beberapa peneliti akhirnya meyakini bahwa indra keenam memang ada, sementara yang lain meragukan keberadaannya.
Penjelasan mengenai indra ke-enam dari perspektif medis di atas masih didasarkan pada penelitian berskala kecil yang memerlukan studi lebih lanjut.
Jika Anda merasa memiliki kemampuan indra keenam namun hal itu menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya konsultasikan masalah ini kepada psikolog atau psikiater untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
