Fear of Missing Out (FOMO) diartikan sebagai ketakutan akan tertinggal hal-hal baru, seperti informasi, tren, atau aktivitas tertentu. Fenomena ini semakin berkembang karena penggunaan media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok.
Melalui platform tersebut, pengguna dapat dengan mudah membagikan foto atau video tentang keseharian mereka. Unggahan ini seringkali memicu rasa cemas pada para penonton, yang kemudian secara tidak sadar membandingkan hidup mereka dengan orang lain yang tampaknya lebih bahagia.
Apakah benar FOMO dapat menyebabkan gangguan mental?
Menurut Very Well Mind, penggunaan media sosial melalui ponsel pintar dikaitkan dengan peningkatan pengalaman FOMO. Aktivitas ini meningkatkan ketakutan akan penilaian, baik positif maupun negatif, dari orang lain, yang kemudian berdampak pada suasana hati.

Kelompok yang paling rentan terhadap dampak FOMO adalah orang dewasa dan remaja. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengalami FOMO lebih berisiko mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi, serta rendahnya rasa percaya diri.
Mereka juga lebih rentan terlibat dalam perilaku berisiko, seperti seks bebas, penggunaan narkoba, dan perilaku negatif lainnya. Karena otak remaja masih dalam tahap perkembangan, mereka cenderung tidak memikirkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka.
Sebuah artikel di Computers and Human Behavior mengungkapkan bahwa banyak tren di media sosial dapat menurunkan tingkat kepuasan hidup seseorang. Apa yang sebelumnya dianggap cukup, kini bisa membuat orang merasa kekurangan dan minder.
Tanda Kamu Mengalami FOMO
Orang yang mengalami FOMO sering memeriksa media sosial sepanjang waktu, seolah tidak ingin tertinggal berita atau gosip terbaru, bahkan ponsel mereka jarang lepas dari genggaman.
Perilaku ini membuat mereka lebih fokus pada media sosial daripada kehidupan nyata. Seiring waktu, timbul keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain di dunia maya. Selain itu, mereka juga selalu penasaran dengan kehidupan orang lain.
Lebih buruknya, mereka sering menghabiskan uang di luar kemampuan finansial hanya untuk mengikuti tren, meskipun barang tersebut sebenarnya tidak diperlukan.
Orang dengan perilaku ini juga cenderung menerima ajakan, meskipun mereka tidak berminat, hanya karena tidak ingin melewatkan apapun.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Fenomena FOMO mungkin tampak sulit dihindari karena smartphone telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, FOMO tetap bisa dikurangi, salah satunya dengan membatasi penggunaan media sosial.

Seperti yang telah dijelaskan, salah satu penyebab FOMO adalah melihat unggahan orang lain di media sosial. Untuk mengatasinya, kurangi penggunaan media sosial dan gunakan smartphone hanya untuk kebutuhan penting, seperti menelepon atau mengirim pesan.
Tips lainnya adalah fokus pada diri sendiri. Ingatlah bahwa tidak ada orang yang selalu bahagia sepanjang waktu. Setiap individu pasti menghadapi masalah yang mungkin tidak terlihat. Jadi, tidak perlu membandingkan hidupmu dengan kehidupan orang lain, karena setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda.
Sebagai makhluk sosial, manusia memang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Namun, daripada hanya bersosialisasi melalui media sosial, bangunlah hubungan nyata dengan orang di kehidupan sehari-hari. Perasaan negatif akan berkurang ketika kamu lebih memprioritaskan interaksi di dunia nyata.
Terakhir, alih-alih mencari pengakuan dari orang lain, fokuslah pada apa yang sedang kamu lakukan sekarang. Syukuri hal-hal positif dalam hidupmu, sehingga kamu tidak merasa kurang atau iri dengan kehidupan orang lain.
Jika kamu merasa sedang mengalami FOMO, kamu bisa menghubungi psikolog melalui aplikasi seperti halodoc dan alodokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.