Seiring dengan bertambahnya usia, tahukah Moms bahwa aspek psikologis Si Kecil juga ikut mengalami perubahan? Mengamati pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis Si Kecil adalah hal penting bagi setiap orang tua.
Table of Contents
Namun, tidak semua orang tua memiliki pemahaman yang cukup tentang psikologi perkembangan anak. Akibatnya, Moms mungkin sering merasa bingung saat perilaku Si Kecil terlihat tidak biasa. Untuk memahami lebih lanjut, mari pelajari apa yang dimaksud dengan psikologi perkembangan anak, faktor-faktor yang memengaruhinya, serta tahap-tahap perkembangannya dalam artikel ini.
Apa yang Dimaksud dengan Psikologi Perkembangan Anak?
Sigmund Freud, pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi, mengungkapkan bahwa psikologi perkembangan anak adalah salah satu cabang penting yang perlu dipahami oleh orang tua. Tak heran jika cabang ini menjadi salah satu yang paling populer dipelajari. Psikologi perkembangan anak secara khusus meneliti pikiran dan perilaku Si Kecil.
Rentang yang dipelajari dalam psikologi perkembangan anak mencakup periode dari prenatal hingga masa remaja. Jadi, cabang psikologi ini tidak hanya membahas perkembangan fisik, tetapi juga mencakup aspek mental, emosional, dan sosial anak.
Anak-anak sering dianggap sebagai versi miniatur dari orang dewasa. Namun, menurut filsuf dan ilmuwan Jean Piaget, anak-anak memiliki cara berpikir yang berbeda dari orang dewasa.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Perkembangan Psikologi Anak
1. Konteks Budaya
Menurut Verywellmind, budaya di mana Si Kecil tumbuh adalah salah satu faktor yang membentuk nilai-nilai, kebiasaan, pandangan bersama, dan gaya hidup yang dapat memengaruhi perkembangan mereka sepanjang hidup.
Budaya memiliki peran penting dalam menentukan bagaimana Si Kecil berinteraksi dengan orang tua, jenis pendidikan yang diterima, serta pola asuh yang diterapkan.
2. Konteks Sosial
Faktor konteks sosial mencakup hubungan anak dengan teman sebaya dan orang dewasa, yang dapat memengaruhi cara anak berpikir, belajar, dan berkembang. Oleh karena itu, keluarga, sekolah, dan teman sebaya menjadi elemen penting dalam konteks sosial anak.
3. Konteks Sosial Ekonomi
Selain kedua faktor tersebut, kondisi sosial ekonomi juga berperan penting dalam perkembangan anak. Faktor ini mencakup berbagai aspek, seperti biaya pendidikan yang tersedia, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orang tua.
Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi umumnya memiliki akses yang lebih luas terhadap berbagai peluang. Sebaliknya, anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah sering memiliki keterbatasan dalam akses ke layanan kesehatan, nutrisi berkualitas, dan pendidikan.
Perbedaan status sosial ekonomi ini dapat memengaruhi anak yang tumbuh di lingkungan kurang mampu, sehingga mereka mungkin mengalami kurang percaya diri, merasa minder, dan kesulitan dalam bersosialisasi.
Aspek Psikologis Perkembangan Anak
Aspek psikologis dalam perkembangan anak mencakup beberapa hal, yaitu perkembangan dan pencapaian, perilaku, serta emosi dan sosial. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari masing-masing aspek tersebut:
Perkembangan dan Pencapaian
Aspek ini meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, serta kognitif anak. Contohnya, anak melewati tahapan penting seperti merangkak, berjalan, mengucapkan kata-kata pertama, serta mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
Perilaku
Aspek perilaku melibatkan pola-pola tindakan dan respons yang ditampilkan oleh anak. Ini meliputi perilaku sosial seperti berbagi, bekerja sama, dan mengikuti aturan, serta perilaku yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan, seperti eksplorasi, imitasi, dan kepatuhan.
Emosi dan Sosial
Aspek ini mencakup perkembangan emosi dan kemampuan anak dalam mengenali, mengelola, serta mengekspresikan perasaan mereka. Anak belajar mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi seperti bahagia, sedih, marah, dan cemburu. Mereka juga mulai membangun hubungan sosial, mengembangkan keterampilan sosial, dan belajar memahami sudut pandang orang lain.
Ketiga aspek ini saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan dan pencapaian anak berdampak pada perilaku mereka, sedangkan perilaku dan interaksi sosial turut membentuk perkembangan emosinya.
Memahami aspek-aspek psikologis ini sangat penting bagi orang tua, pendidik, dan para profesional yang bekerja dengan anak-anak, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka secara sehat serta memahami kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak secara menyeluruh. Selain aspek psikologis, memahami perkembangan fisik, kognitif, serta sosial-emosional pada anak usia dini juga sangat penting.
Tahapan Tumbuh Kembang Anak
Perkembangan psikologi anak terbagi menjadi beberapa tahap. Setiap tahap mencerminkan perkembangan psikologi yang mereka alami. Karena itu, tidak jarang ada anak yang menghadapi kesulitan dalam perkembangan psikologisnya pada setiap tahap ini. Jadi, apa saja tahapan perkembangan psikologi anak?
1. Bayi (Lahir – 2 Tahun)
Mengasuh Si Kecil untuk pertama kalinya adalah pengalaman yang penuh kebahagiaan sekaligus tantangan bagi orang tua. Usia 0 hingga dua tahun adalah masa yang tepat untuk membangun ikatan emosional yang akan bertahan seumur hidup.
Dalam fase ini, peran orang tua sangat penting dalam membantu Si Kecil membentuk hubungan positif dengan orang lain. Pada tahap ini, Si Kecil menunjukkan perilaku khas, dan orang tua perlu terbiasa memahami, menghargai, mendukung, serta mengembangkan kemampuan mereka.
2. Batita (18 bulan – 3 Tahun)
Anak yang berusia antara 18 bulan hingga 3 tahun memasuki fase baru dalam perkembangan hidupnya, di mana mereka mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar.
Pada tahap ini, Si Kecil mulai belajar menyebut berbagai objek yang menarik perhatian mereka, sering bertanya, dan mulai berani mengatakan “tidak”. Tantangan utama dalam fase ini adalah mengelola ‘regulasi emosional’ atau perilaku yang sulit dikendalikan.
Meskipun begitu, orang tua dapat membantu Si Kecil untuk lebih mudah mengatur emosinya. Meskipun secara alami Si Kecil yang masih balita dapat mengatakan “tidak”, mereka juga perlu diajarkan bagaimana menerima kata “tidak” dari orang lain.
3. Prasekolah (3-6 Tahun)
Pada tahap prasekolah, Si Kecil umumnya sudah terbiasa dengan kegiatan bermain. Oleh karena itu, orang tua perlu memastikan bahwa permainan yang dimiliki Si Kecil dapat mendukung perkembangan bahasa, keterampilan sosial, dan kreativitasnya.
Selain itu, pada tahap ini, Si Kecil juga harus belajar berinteraksi dengan teman sebaya secara terstruktur. Mereka juga perlu mengembangkan mentalitas yang siap untuk bersaing dalam lingkungan sosial.
Dalam hal ini, orang tua berperan sebagai ‘pelatih’ yang memberikan dukungan dan arahan. Mereka juga berfungsi sebagai ‘guru’ yang membimbing Si Kecil dalam menguasai keterampilan dasar serta mendorong diskusi aktif tentang konsep dan keterampilan baru.
4. Usia sekolah (6-12 Tahun)
Pada usia sekolah, orang tua akan melihat Si Kecil menjelajahi aktivitas baru dan meraih prestasi. Banyak orang tua yang merasa tahap ini sangat menyenangkan untuk disaksikan.
Di tahap ini, Si Kecil membutuhkan pengawasan lebih dari biasanya, karena mereka sedang bersiap untuk menghadapi kehidupan yang lebih mandiri.
Sebagai bagian dari proses ini, Si Kecil mulai belajar membuat keputusan yang baik dan mengembangkan sikap disiplin. Orang tua dapat memberikan beberapa tugas serta mengajarkan nilai-nilai sosial yang baik. Memberikan kata-kata mutiara kepada Si Kecil saat mengajarkan perilaku sosial ini dapat memberikan makna yang mendalam dan bijaksana. Bunda bisa melihat contoh kata mutiara ini di sini: Pesan dalam Kata Mutiara untuk Anak.
Setelah memberikan tugas, orang tua sebaiknya memberikan pujian dan dukungan atas tugas yang telah diselesaikan Si Kecil. Jika Si Kecil membuat kesalahan, biarkan mereka belajar dari pengalaman dan risiko yang telah mereka hadapi.
Itulah psikologi perkembangan anak beserta faktor-faktor dan tahapan-tahapan penting yang perlu Bunda pahami. Selain itu, penting juga untuk melatih mental Si Kecil agar mereka siap menerima kegagalan. Ayo, Bunda!