7 Trauma Masa Kecil dan Dampak Buruknya bagi Si Kecil!

By Dikri Nalendra - Author and blogging
11 Min Read

Banyak orang tua mungkin tidak menyadari betapa besar dampak trauma masa kecil terhadap perkembangan dan kehidupan anak hingga ia dewasa nanti.

Menurut National Institute of Mental Health, trauma masa kecil adalah pengalaman yang menyebabkan anak mengalami penderitaan atau sakit secara emosional.

Psikoterapis Amy Morin, LCSW, menjelaskan bahwa pengalaman yang dapat menyebabkan trauma pada anak biasanya meliputi:

  • Anak tidak siap menghadapi situasi tersebut.
  • Peristiwa tersebut terjadi berulang kali.
  • Kejadian itu dilakukan oleh individu yang dengan sengaja bermaksud jahat.
  • Peristiwa tersebut terjadi secara tiba-tiba dan di luar dugaan.

Jika tidak ditangani dengan baik, trauma masa kecil bisa berkembang menjadi gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Menurut Medical News Today, PTSD dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan perilaku, rendahnya kepercayaan diri, kecemasan, pikiran untuk bunuh diri, serta masalah emosional dan psikologis jangka panjang yang negatif.

Agar anak dapat menjalani hidup yang bahagia dan lancar di masa depan, penting bagi Moms untuk melindungi dan menjauhkan si kecil dari berbagai bentuk trauma masa kecil.

Apa Itu Trauma Masa Kecil?

Ilustrasi anak ketakutan | kidssafetynetwork.com

Trauma masa kecil merupakan kejadian yang dialami seorang anak yang memicu rasa takut, biasanya melibatkan kekerasan, situasi berbahaya, atau ancaman terhadap nyawa.

Selain itu, trauma masa kecil sering juga disebut sebagai pengalaman merugikan di masa kanak-kanak atau peristiwa yang berbeda yang bisa menyebabkan trauma.

Contoh seperti pelecehan fisik atau seksual dapat menyebabkan trauma pada anak. Peristiwa lain, seperti kecelakaan mobil, bencana alam, atau kehilangan orang yang dicintai, juga bisa menimbulkan dampak serupa.

Ada berbagai kejadian lain yang dapat memengaruhi kondisi psikologis anak secara negatif.

Trauma masa kecil tidak selalu harus berasal dari pengalaman langsung yang dialami anak. Menyaksikan orang yang mereka cintai menghadapi masalah serius juga bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatis bagi anak-anak.

Jenis Trauma Masa Kecil

Setelah memahami apa itu trauma masa kecil, Moms bisa mengenali beberapa jenis trauma yang mungkin dialami oleh Si Kecil, di antaranya:

1. Pelecehan Atau Kekerasan Seksual

Ilustrasi anak sedang ketakutan | Lifehacker.com

Menurut National Traumatic Stress Network, trauma masa kecil yang disebabkan oleh pelecehan atau kekerasan seksual pada anak dapat muncul dalam berbagai bentuk:

  • Eksploitasi seksual anak.
  • Paparan terhadap konten atau lingkungan dewasa yang tidak sesuai dengan usia, seperti melihat gambar pornografi atau menyaksikan orang dewasa berhubungan intim.
  • Percobaan atau keterlibatan dalam kontak seksual.

2. Kekerasan Fisik dan Emosional

Ilustrasi kekerasan pada anak | Washingtonpost.com

Jika Moms masih sering memukul anak sebagai bentuk hukuman, sebaiknya segera hentikan.

Segala bentuk kekerasan fisik di masa kecil dapat menyebabkan trauma yang dapat terus mempengaruhi anak hingga dewasa.

Trauma emosional juga bisa muncul ketika anak dihina, direndahkan, dipaksa mencapai hal di luar kemampuannya, diberi cap negatif, atau dipermalukan.

Penelitian yang dilakukan oleh tim Dr. Pierre-Eric Lutz menemukan bahwa trauma berat akibat kekerasan fisik atau emosional di masa kecil dapat merusak koneksi saraf di bagian otak yang bertanggung jawab atas pengaturan emosi, perhatian, dan proses kognitif anak, Moms.

3. Pengabaian

Ilustrasi anak di asingkan dan pengabaian | Verywellfamily.com

Jenis trauma masa kecil yang berikutnya adalah pengabaian dalam lingkungan keluarga.

Pengabaian ini mengacu pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, medis, atau pendidikan anak, meskipun orang tua atau pengasuh memiliki sumber daya finansial yang cukup atau mendapat bantuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Kecelakaan Atau Masalah Medis Serius

Moms mungkin sudah menyadari bahwa mengalami kecelakaan saat masih kecil dapat meninggalkan trauma yang membekas hingga anak dewasa.

Namun, mengalami cedera, penyakit fisik, atau menjalani prosedur medis yang menyakitkan atau mengancam jiwa di masa kecil juga dapat menyebabkan trauma tersendiri dalam alam bawah sadar anak.

5. Menjadi Saksi Kekerasan Di Lingkungan Terdekat

Ilustrasi anak sedang menyaksikan orang tuanya bertengkar | Growingleaders.com

Meskipun tidak mengalami langsung, menyaksikan kekerasan di lingkungan sekitar dapat memberikan dampak traumatis yang serupa bagi anak.

Contohnya, menyaksikan kekerasan fisik, finansial, atau emosional yang dilakukan oleh atau terhadap orang-orang di dalam rumah, sekolah, atau komunitas sekitar.

6. Perundungan

Dampak negatif dari trauma masa kecil akibat perundungan atau bullying sangat serius, Moms.

Ilustrasi anak mengalami perundungan| Mothering.com

Hal ini tidak hanya berpengaruh pada kondisi mental dan psikologis Si Kecil, tetapi juga, menurut The Center for Developing Child di Harvard University, stres akibat perundungan dapat menghambat perkembangan anak.

Selain itu, perundungan juga dapat meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari. Ini mungkin terjadi karena Si Kecil mencari pelarian dengan mengonsumsi makanan manis untuk menghibur diri mereka.

7. Bencana alam dan konflik

Perubahan hidup yang drastis akibat bencana alam seperti banjir atau gempa bumi, serta konflik seperti perang atau kekacauan politik, merupakan salah satu penyebab trauma masa kecil yang sulit diprediksi.

Oleh karena itu, dalam setiap peristiwa bencana alam atau konflik yang melibatkan anak-anak sebagai korban, biasanya akan ada tim psikolog khusus yang dikerahkan untuk membantu mengatasi trauma tersebut.

Dampak Trauma Masa Kecil

Trauma emosional dapat memiliki dampak jangka panjang bagi anak, mulai dari masalah pada fungsi otak hingga risiko depresi saat ia memasuki masa dewasa.

Perlu segera ditangani agar tidak menghambat perkembangan anak.

1. Kerusakan otak permanen

Sebuah penelitian yang melibatkan 105 anak menunjukkan bahwa 22 di antaranya dinyatakan sehat, sementara sisanya mengalami gangguan kejiwaan akibat trauma emosional.

“Ketika kami memeriksa kadar S100B pada pasien yang mengalami trauma emosional, hasilnya setara dengan pasien yang mengalami cedera otak parah,” ungkap Dr. Tatiana Falcone, MD, seorang dokter anak di Cleveland Clinic Main Campus yang memimpin penelitian tersebut.

S100B adalah protein yang berfungsi mengikat kalsium, dan peningkatan kadar protein ini dapat mengindikasikan adanya kerusakan saraf. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Falcone dan timnya menemukan bahwa trauma emosional pada anak menyebabkan kadar protein S100B di otak mereka jauh lebih tinggi dari yang seharusnya.

Selain itu, semakin parah trauma emosional yang dialami anak, semakin tinggi pula kadar protein S100B-nya, yang menunjukkan tingkat kerusakan otak yang semakin serius.

Penelitian yang masih berlangsung juga menyelidiki peradangan pada otak anak akibat kondisi psikologis seperti depresi, stres pasca trauma emosional, dan gangguan kejiwaan.

Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa trauma emosional pada anak dapat menyebabkan peradangan di otak yang mirip dengan yang terjadi pada gegar otak, peradangan ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama.

Pada akhirnya, kondisi tersebut dapat mengakibatkan munculnya gangguan psikologis pada anak di masa depan.

2. Dampak Jangka Panjang

Hingga saat ini, para dokter masih berupaya menemukan cara untuk mengubah dampak trauma emosional pada anak terhadap otak. Tujuannya adalah agar terapi psikologis dapat mencegah munculnya depresi dan stres yang mendalam setelah mengalami trauma emosional.

Pasalnya, anak-anak yang mengalami trauma emosional sering kali tumbuh menjadi individu yang:

  • Mudah tersinggung
  • Sensitif
  • Tidak percaya diri
  • Mudah marah

Pada akhirnya, anak menjadi lebih suka menyendiri dan cenderung menghindari interaksi sosial.

Trauma emosional pada anak dapat memberikan dampak negatif pada otaknya, yang dapat menyebabkan anak tumbuh menjadi individu yang selalu merasa tertekan.

3. Dampak Kesehatan Fisik

Saat seorang anak mengalami peristiwa traumatis, hal tersebut dapat mengganggu perkembangan fisiknya, Moms.

Stres dan ketakutan yang mereka alami dapat mengganggu perkembangan sistem kekebalan tubuh dan saraf pusat Si Kecil, sehingga menyulitkan mereka untuk mencapai potensi maksimal.

Secara khusus, paparan terhadap trauma yang berulang meningkatkan risiko masalah perkembangan pada anak, seperti:

  • Asma
  • Penyakit jantung koroner
  • Diabetes
  • Stroke

Selain itu, trauma yang dialami anak-anak dapat meningkatkan risiko munculnya berbagai kondisi berbeda seperti penyakit autoimun, penyakit paru-paru, penyakit kardiovaskular, dan kanker di masa dewasa.

Cara Membantu Anak yang Mengalami Trauma Masa Kecil

Membesarkan anak yang mengalami trauma masa kecil bukanlah hal yang mudah. Moms mungkin perlu mencari bantuan dari para ahli dalam proses ini.

Dukungan sosial bisa menjadi kunci untuk mengurangi dampak trauma pada anak, bahkan hingga mengurangi risiko pemikiran untuk bunuh diri.

Berikut beberapa cara untuk mendukung anak setelah mengalami peristiwa yang mengecewakan:

  • Bantu mereka memahami bahwa mereka tidak bersalah
  • Tetap berpegang pada rutinitas sehari-hari sebisa mungkin
  • Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan emosi mereka
  • Yakinkan anak bahwa orang tua akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga keamanan mereka
  • Jawab pertanyaan mereka dengan jujur

Bersabarlah, karena setiap anak memiliki kecepatan pemulihan yang berbeda.

Sebagai orang tua, kita perlu memastikan bahwa selama masa pertumbuhannya, anak tidak mengalami trauma emosional yang dapat berpengaruh negatif pada kehidupannya.

Dengan pengawasan yang tepat, diharapkan peristiwa yang dapat menyebabkan trauma emosional pada anak tidak akan terjadi.

Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, hangat, dan penuh kepercayaan sangat penting agar anak merasa berani untuk membagikan segala hal yang menakutkan dan membuatnya tidak nyaman.

Dengan cara ini, anak tidak perlu mengalami trauma masa kecil yang dapat menghambat kelancaran dan kebahagiaan hidupnya di masa dewasa.

Menurut Moms, pengalaman atau peristiwa apa lagi yang dapat menyebabkan trauma berkepanjangan bagi seorang anak?

Bagikan Artikel Ini
Author and blogging
Follow:
Hello, I'm Dikri Nalendra, the writer behind Psikologiku. This blog is my personal space to learn and share. Every piece you read here is born from a hobby and a sincere desire to understand myself and others more deeply. Thank you for stopping by and learning together with me.
Tinggalkan Penilaian

Tinggalkan Penilaian

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *